TIPS MENCEGAH HYPOTHERMIA
Beberapa hari belakangan ini,
komunitas pendaki gunung Indonesia kembali kehilangan beberapa anggotanya.
Sebagian besar dari mereka meninggal karena kurangnya persiapan, baik alat
maupun bekal. Ataupun kurangnya pengetahuan survival sehingga jatuh dalam
kondisi hypothermia akut.
Berikut ini kami sampaikan tulisan
tentang tips mencegah hypothermia, yang diambil dari http://ambarbriastuti.blogspot.com/2008/02/tips-mencegah hyphothermia.html. Semoga bermanfaat.
Yang terpenting dalam kegiatan naik
gunung atau kegiatan di luar (outdoor activity) adalah persiapan dan
pengetahuan. Salah satunya mengetahui faktor apa penyebab hypothermia, gimana
mencegah hal itu terjadi, apa aja yang perlu dilakukan dan juga tindakan apa
yang perlu dilakukan kalau mulai merasakan kedinginan.
Berikut adalah tips mencegah
hypothermia di gunung :
1. Usahakan kalau naik gunung jangan
memakai kaos dari katun. Bahan katun jika basah keringat sulit keringnya. Ini
biasanya menyebabkan menggigil kedinginan walaupun sudah memakai jaket tebal.
Sebaiknya memakai bahan sintetis (polyester/spandex/nylon) yang menyerap
keringat dan berlengan panjang. Memang sih bisa ganti kaos, tapi di gunung yang
sering ujan mengeringkan kaos jadi pekerjaan tersendiri. Ngeringin make api
unggun, wah, jangan deh. Kasihan hutan kita. Cobalah mengurangi konsumsi kayu
kecuali itu sangat darurat. Membawa satu baju tapi tetap kering, akan sangat
berbeda hasilnya dengan membawa 3 baju tapi basah semua.
2. Bawa bekal yang cukup untuk naik
gunung. Bekal praktis seperti coklat batangan, muesli bar, atau energy booster
(seperti gel dengan glukosa, biasanya dipakai para pesepeda) sangat berguna
sebagai cadangan makanan yang ringan dibawa dan menghasilkan energi lumayan.
Juga biasakan mengamati sekitar, jika melewati air sungai atau daun2an yang
kita kenali bisa dimakan kalau kepepet.
Dari kiri ke kanan : selimut darurat
, makanan energi
Bawah : pisau, kompas, headlamp, biasanya disimpan di ransel bagian atas (gambar
koleksi pribadi)
Bawah : pisau, kompas, headlamp, biasanya disimpan di ransel bagian atas (gambar
koleksi pribadi)
3. Menjaga tubuh tetap kering dan
hangat. Salah satunya selalu membawa ponco, bagaimanapun kondisinya. Kalau
punya baju dan jaket tahan air (gore-tex based) juga bisa (tapi ini mahal di
ongkos). Jangan lupa kaos tangan dan kaos kaki. Khusus kaos kaki bawa ekstra
jika perlu.
4. Kalau jalan sendiri siapkan
piranti darurat komunikasi, kalau dengan teman harus saling menjaga. HP kadang
kurang efektif karena tidak ada sinyal. Bawa alat darurat sinyal seperti peluit
atau cermin. Biasakan saling memperhatikan pendaki lain ketika naik atau turun.
5. Jangan paksakan jalan terus kalau
kelelahan dan kecapaian. Berhenti, pasang tenda dan buat makanan atau minuman
yang cepat dihidangkan, seperti teh manis atau sup instant. Paksakan walaupun
kurang suka, karena makanan adalah sumber energi untuk tetap jalan. Selain itu,
makanan juga membuat tubuh jadi hangat karena memulai metabolisme tubuh.
6. Bawa selimut darurat (emergency
blanket or space blanket). Ini mungkin sudah ada di Indonesia. Bentuknya
seperti lapisan aluminium foil yang tipis dan dipakai untuk menyelimuti tubuh.
Fungsinya : membuat tubuh tetap hangat, merefleksikan sinar matahari dan tidak
kehujanan. Harganya USD$3.95 sangat ringan. Space blanket ini hanya bersifat
memantulkan panas tubuh. Untuk mendapatkan hasil maksimal bisa dibawa Bivy Sack
yang terbukti lebih baik hasilnya. Bentuknya seperti selimut plastik, dengan
berat sekitar 200gr. Tapi agak mahalan US$33, ditanggung lebih tahan lama dari
space blanket.
7. Penghangat tubuh sementara (body
warmer). Ini semacam plester tubuh
kalau kedinginan. Biasa dipakai untuk yang melakukan olahraga ektrem di salju (ski, ice climbing, mountaineering) . Kelemahannya : hanya bisa dipakai sekali saja dengan durasi 12 jam. Karena bentuknya tipis dan ringan, biasanya diselipkan di jaket kalau kondisi cuaca dan badan memburuk. Harganya agak mahal, sekitar US$68 untuk 40 plester. Ada juga yang dijual eceran. Seingat saya di Toko Outdoor Singapura ada yang jual (atau saya beli di tempat lain, maaf).
kalau kedinginan. Biasa dipakai untuk yang melakukan olahraga ektrem di salju (ski, ice climbing, mountaineering) . Kelemahannya : hanya bisa dipakai sekali saja dengan durasi 12 jam. Karena bentuknya tipis dan ringan, biasanya diselipkan di jaket kalau kondisi cuaca dan badan memburuk. Harganya agak mahal, sekitar US$68 untuk 40 plester. Ada juga yang dijual eceran. Seingat saya di Toko Outdoor Singapura ada yang jual (atau saya beli di tempat lain, maaf).
Sekali lagi saya ingatkan dengan
alat yang memadai tapi tidak tahu bagaimana menggunakan, hasilnya juga tidak
optimal. Jadi baca dan simak bagaimana melakukan teknik dasar survival di
gunung. Bisa baca, nanya atau dari pengalaman yang terus diasah.
No comments:
Post a Comment